HOME

Selasa, 18 Mei 2010

POHON KEHIDUPAN


Beberapa minggu yang lalu, ketika saya keluar halaman rumah, saya menemukan "sebatang pohon kehidupan". Ia teronggok di antara bebatuan di dalam karung usang yang bersandar di tembok pagar dan tidak tahu dari mana asalnya. Saya lantas mengambil kamera dan membidiknya sambil bertanya kepada diri sendiri :


  • Mengapa ia begitu berani tumbuh di tempat yang beresiko seperti itu ?

  • Apakah ia tidak tahu apabila koral itu diperlukan, ia belum tentu bisa hidup lagi ?

  • Ataukah ia memiliki pengharapan akan adanya orang yang baik hati untuk memindahkannya ke tempat yang baik ?

Ternyata saya mengkuatirkan keberadaan pohon kecil ini. Hal ini mungkin karna saya mengingat masa lalu saya yang juga sering berada di posisi yang tidak nyaman seperti itu. Ingin rasanya cepat-cepat keluar dari persoalan yang ada, walaupun kadak tidak mudah dan tidak berdaya. Sekali pun ada usaha diri, tapi pertolongan tangan lainlah yang mesti memindahkan kita.


Nampaknya saya lebih baik dari pohon kehidupan itu sehingga tidak ada alasan untuk saya untuk tidak bersyukur kepada Tuhan atas segala pemberiannya dan berterima kasih kepada keluarga, sahabat dan orang-orang saya jumpai yang memberi arti sendiri bagi kehidupan saya. Begitu pula kepada pohon kecil tadi yang mengingatkan saya untuk bersyukur dan tidak kuatir untuk hal-hal yang tidak perlu dikuatirkan. Pesan berikut ini sangat mengingatkan saya.

Matius 6 : 27 – 30 :

27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar