
Berdoa kepada Tuhan adalah upaya yang selalu saya dan keluarga dahulukan. Perlu kesabaran untuk memperoleh jawaban atas suatu pergumulan.
Pada suatu hari Sabtu menjelang tengah malam, saya terbangun dari tidur dengan punggung meregang kesakitan. Saya pun berdoa. Saya tidak menduga akan mendapat “penglihatan”. Tangan kanan dan kiri saya bergerak ke arah dada dan sepertinya melakukan gerakan seolah-olah mengeluarkan sesuatu dari dalam hati dan terjadi beberapa kali. Mulut saya secara tak sadar berucap,
” Ya, Tuhan. keluarkan kepahitan-kepahitan yang ada dari dalam hati saya. Saya mau mengampuni orang yang telah melukai hati saya."
Tidak lama kemudian kedua tangan saya bergerak ke arah lutut dan melakukan gerakan seperti melepaskan ikatan yang melilit kedua lutut saya. Saya seperti melihat ada lilitan kain putih transparan mulai terlepas dari kaki saya.
Saya segera bangkit dari tempat tidur. Saya tahu saya akan sembuh. Saya mencoba berjalan keluar dengan tertatih dan agak bungkuk menuju ruang keluarga di mana kami biasa beribadah. Saya mencoba menengadah dan bernyanyi memuji Tuhan. Sebuah pujian dari Kidung Jemaat no 64.
Bila kulihat bintang gemerlapan dan bunyi guruh riuh kudengar,
Ya Tuhanku, tak putus aku heran melihat ciptaanMu yang besar.
Maka jiwaku pun memujiMu: “Sungguh besar Kau, Allahku!”
Maka jiwaku pun memujiMu: “Sungguh besar Kau, Allahku !”
Beberapa kali saya melagukannya karena sukacita hati saya dan sambil meneteskan air mata, saya berucap,
“Saya tidak akan mengingat kesalahan orang itu lagi Tuhan. Saya tahu dia telah berkali-kali menipu saya dan bahkan dalam keadaan saya kesulitan keuangan. Saya tahu apa arti uang tiga ratus ribu rupiah Tuhan. Jumlah uang yang diperoleh dengan keringat dan air mata selama 15 hari bagi orang kebanyakan. Saya tahu dia tidak sanggup mengembalikan hutang itu kepada saya karena kemiskinannya dan juga karena ketidakjujurannya.”
Saya diam sesaat dan seperti diperlihatkan sesuatu. Dan saya pun meneruskan,
“Baik, Tuhan. Hutang dia kepada saya sebesar tiga ratus ribu rupiah, saya persembahkan kepada Engkau. Biarlah itu menjadi persembahan yang harum di hadapan Engkau, ya Tuhan.”
Hati saya penuh sukacita. Saya telah diberi hikmat surgawi mengenai cara menyelesaikan persoalan hati saya. Terutama mengenai mengampuni, karena ini termasuk susah. Lebih mudah kita meminta maaf atau meminta ampun meski tidak ditanggapi. Hal itu masih lebih baik, karena kita telah berupaya dan Tuhan tentulah mengetahui situasi yang terjadi.
Selang beberapa minggu, saya mengalami kesembuhan. Hal ini berkat Tuhan yang memakai tetangga saya, yang semula tidak tahu saya sakit, telah memberikan pertolongan, baik informasi maupun bahkan mengajak saya kepada seorang terapis medis mengenai sakit saya. Pengobatannya sendiri berlangsung beberapa kali sampai saya benar-benar pulih dan bisa kembali berjalan tegak.
Sejak kejadian itu, saya membagikan pengalaman hidup saya untuk teman-teman yang sakit hati, memendam amarah dan tentu termasuk yang kesal karena dipinjami uang dan sulit ditagih. Adalah bijaksana kalau kemudian kita ubahkan itu menjadi persembahan kepada Tuhan melalui doa dengan kesungguhan hati dan sukacita. Walau ini tidak selalu mudah, namun ini baik karena alasan berikut :
Pertama, kita tidak akan mempersoalkannya lagi karena itu sudah dipersembahkan kepada Tuhan. Artinya, kita tidak membencinya lagi.
Kedua, kita tidak akan menahan berkat bagi orang yang telah melukai hati kita, sehingga ia pun akan memiliki kesempatan berbalik kepada jalan yang benar. Dan ingat, kita pun pernah bersalah kepada orang lain.
Ketiga, kita akan mendapat berkat pengampunan dari Tuhan dan berbagai berkat yang lain termasuk kesembuhan dan keberhasilan dalam usaha.
Nats berikut ini tentulah patut menjadi dasar pertimbangan kita. Matius 18 : 21-22
21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" 22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar