
Tikus adalah binatang pengerat yang cerdik. Tak salah kalau “Micky Mouse” karya Walt Disney menjadi salah satu serial karya film yang memukau. Sang produser telah berhasil mengangkat citranya sebagai salah satu binatang yang terkenal.
Namun, kecerdikannya juga seringkali diartikan negatif. Di negeri saya dia selalu ditokohkan sebagai “binatang yang paling bertanggung jawab” atas korupsi yang terjadi di berbagai tempat. Di media, para koruptor digambarkan sebagai manusia berkepala dan berekor tikus.
Tikus buat saya adalah binatang yang seringkali menyelinap masuk ke dapur mencuri makanan. Tapi, tikus dalam kisah berikut ini adalah tikus malang yang mengajari saya suatu makna kehidupan.
Suatu Jumat malam, sekitar pukul sebelas malam, saya berada sendirian di ruang keluarga sedang membaca, sementara istri dan anak-anak sudah tidur. Saya mencoba membaca untuk mengatasi kegelisahan hati saya mengenai masalah yang saya hadapi.
Sebagai aktivis pengurus kegiatan organisasi religius sosial, saya merasa terpanggil untuk ikut mengarahkan dan menggerakkan kegiatan ke arah yang lebih baik. Saya tidak bisa cuek dan membiarkan sang pemimpin bertindak semaunya. Tetapi kenyataannya, berbagai upaya yang saya coba lakukan pada akhirnya dianggap mengganggu kenyamanan sang pemimpin organisasi. Teman-teman lain bahkan sudah jauh-jauh hari kehabisan kata dan memilih diam. Sebenarnya saya termasuk yang masih bertahan karna apa yang saya lakukan merupakan amanah atas panggilan saya.
Menjelang tengah malam, hati saya tidak tahan juga dan saya harus mengambil keputusan. Saya pun berdoa dan mengungkapkan segenap isi hati kepada Tuhan yang telah memberi saya sebuah kepercayaan untuk mengemban tugas tersebut. Saya menutup doa saya dengan, “Ya Tuhan, biarkanlah saya juga turut untuk tidak mempermasalahkan sikap dan tindakan pemimpin saya yang bertindak semaunya. Ampunilah saya atas kelemahan saya ini. Amin.”
Setelah berdoa saya merasa lega karena sudah memutuskan untuk tidak berkata-kata lagi soal pemimpin saya. Saya pun melanjutkan membaca. Tapi selang tak berapa lama terdengar “KETOMBRENG” dan “BYURRR !” Saya menoleh ke arah asal suara.
“Ya ampun !” Ternyata seekor tikus salah loncat dan menjatuhkan ember kosong sebelum terperosok jatuh ke dalam sumur melalui lubang kecil pada penutup sumur. Sesaat saya tersenyum geli karna tak biasanya tikus pintar jatuh ke dalam sumur. Saya tidak bereaksi apa-apa karena saya pikir dia bisa menyelamatkan diri sendiri dan hal itu pantas buat kesalahannya sendiri.
Tapi kemudian saya saya baru sadar kalau ia jatuh ke air sumur “kehidupan” keluarga saya sehari-hari. Air minum, air cuci dan mandi, dll. semua dari sana. Ini masalah kesehatan dan saya tidak punya pilihan. Saya segera mengambil lampu senter dan membuka tutup sumur untuk melihatnya. Saya menyaksikan tikus besar berenang kian ke mari lima meter di bawah sana, di dalam sumur berdiameter 1 meter dan berisi air sekitar 2 meter kubik. Saya menunggu apakah dia akan bisa menaiki dinding sumur. Ternyata tidak.
Saya segera mengusahakan seutas tali, mengulurkannya supaya ia bisa menaikinya. Ia berusaha untuk menaiki tali, namun ketika ia hampir mendekati tangan saya, ia terkejut dan meloncat namun jatuh lagi. Saya putus asa karna ia tak mau ditolong dengan tali. Saya pun menarik tali sementara menyaksikannya tenggelam perlahan. Tak apalah, toh dia akan terapung.
Ternyata dugaan saya salah. Tikus tenggelam dan tidak muncul lagi. Saya kesal menyalahkan diri sendiri mengapa saya tidak menolongnya secara maksimal. Mengapa tidak menurunkan ember. Saya tidak dapat tidur dengan pulas karna menanti hari segera pagi.
Pagi-pagi benar saya bangun dan melarang seisi rumah memakai air sumur. Kemudian saya juga meminta bantuan tetangga untuk menolong saya menguras air sumur secara manual di samping memakai mesin air, sehingga air yang menyembur dari mata air dapat diatasi.
Tikus mati pun ditemukan dan sumur dapat dikosongkan sekitar dua jam-an. Air sumur segera diberi kaporit dan dibiarkan seharian sebelum digunakan lagi. Sungguh ribet !
Malam harinya, saya meneruskan doa saya untuk memohon pengampunan kepada Tuhan. Saya ingat berucap,”Terima kasih Tuhan karna Engkau telah mengingatkan saya akan resiko yang saya hadapi. Kejatuhan seekor tikus ke sumur telah menyebabkan kematiannya dan kesusahan buat saya, keluarga dan tetangga. Tuhan, saya tidak akan berhenti memberi saran kepada pemimpin saya selagi saya bisa dan mohon beri saya kekuatan. Saya menyadari kalau pemimpin saya jatuh, maka banyak orang yang akan berkesusahan.” Saya pun teringat nats di bawah ini. Saya segera tidur karena kelelahan.
Yakobus 4 : 17
“ Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.”
Nyoman Suwastrajaya Pak terimakasi atas ceritanya yang sungguh ispiratif dan menggugah saya . Dan terimakasi juga, sesunguhnya Bpk telah banyak memotivasi saya dan membimbing saya . Saya tdk akan pernah lupa ...........Dan semoga Bpk menjadi alat yg luar biasa lagi di tanganNYA bagi generasi ini GBU !
BalasHapusDidi Ardia Poernama Jaya
BalasHapusDidi Ardia Poernama Jaya
artikel2 seperti ini emang harus dibaca dan dicerna kemudiab ditransfer, syukurlah pak ada yang ngefans dengan artikel pak, soalnya tiap kali habis baca artikel langsung ditransfer ke saya, fansnya Pak, oke banget tuh.....